Di hadapan Komisi IV DPR RI, Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono membeberkan kondisi pengadaan beras oleh BUMN Pangan itu dalam dua dekade terakhir. Menurutnya, sejak tahun 2000 hingga 2024, realisasi pengadaan beras oleh Bulog mengalami fluktuasi yang signifikan.
Wahyu menyebut puncak pengadaan beras Bulog terjadi pada tahun 2009 dan 2012, di mana pada masa itu Bulog berhasil menyerap 3,64 juta ton beras dari dalam negeri. Angka ini menjadi capaian tertinggi dalam sejarah pengadaan beras Bulog.
Tahun 2013 angka itu turun menjadi 3,48 juta ton.
“Puncak realisasi pengadaan, kami laporkan, di 2009 dan 2012 dengan capaian 3,6 juta ton,” ungkap Wahyu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (4/2/2025).
Namun, selepas tahun 2012, Bulog mulai menghadapi tantangan. Realisasi pengadaan beras menunjukkan tren penurunan secara bertahap. Wahyu menjelaskan, penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Meski menghadapi penurunan, Wahyu menegaskan data fluktuasi serapan beras selama 24 tahun terakhir ini justru menjadi bahan evaluasi penting bagi Bulog untuk merancang strategi ke depan.
“Data ini menjadi dasar bagi strategi pengadaan di tahun 2025,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Bulog kini tengah mempersiapkan sejumlah langkah untuk memastikan target pengadaan beras sebanyak 3 juta ton di tahun 2025 bisa tercapai. Beberapa di antaranya adalah penguatan sinergi dengan petani dan kelompok tani, serta optimalisasi infrastruktur pengolahan gabah dan beras.
Lebih lanjut, Wahyu melaporkan bahwa hingga 3 Februari 2025, realisasi pengadaan dalam negeri sudah mencapai 18,3 ribu ton. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Peningkatan signifikan ini mencerminkan optimalisasi strategi Bulog dalam memperkuat serapan awal tahun, khususnya untuk mendukung pencapaian target yang telah ditentukan,” pungkasnya.