Rupiah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada hari ini bahkan dolar AS sudah menembus level Rp 16.300.
Namun melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS bikin sebagian pengusaha justru senang. Misalnya pengusaha di sektor alat kesehatan yang berorientasi ekspor.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) Imam Subagyo ditemui saat Musyawarah Nasional (Munas) menyebut menguatnya nilai dolar AS menjadi berkah bagi sebagian pengusaha.
“Tentu kalau negara komit untuk eksportir, maka mata uang asing makin tinggi harusnya makin senang kalau komit sebagai eksportir. Kondisinya ada beberapa alkes yang komponennya masih harus impor, itu jadi PR, walau produk yang diimpor sekarang komponennya makin turun,” katanya.
Artinya kemandirian seperti material-material tersedia di dalam negeri serta harus bisa memenuhi supply chain kebutuhan dalam negeri. Sehingga ketika dolar AS makin tinggi maka tidak menjadi masalah karena produsen untuk diekspor.
“Hampir setengah anggota kami untuk ekspor, jadi (memenuhi kebutuhan) dalam negeri dan ekspor. Secara general seperti itu (menguntungkan) kalau memang yang memiliki bisnis mayoritas bisnis ekspor,” sebut Imam.
Untuk produk alkes, ada beberapa yang diekspor. Misalnya tempat tidur sampai sarung tangan karet.
“Jadi yang sekali pakai dibuang bukan equipment, lalu produk seperti tempat tidur pasien udah ekspor lebih dari 140 negara oleh anggota kami dan beberapa produk seperti bahan material rubber glove dan yang setara ekspornya lebih banyak. Ada perusahaan yang ekspornya lebih dari 60% dalam negeri 40%,” sebut Imam.