PT Pertamina (Persero) memproyeksikan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) Public Service Obligation (PSO) hingga akhir tahun ini akan mencapai 48,6 juta kiloliter (KL). Adapun hingga Oktober 2024 penyaluran BBM bersubsidi tercatat sebesar 39,7 juta KL.
Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro mengatakan bahwa dengan penyaluran BBM subsidi yang telah mencapai 39.7 juta KL, maka diproyeksikan hingga akhir tahun BBM PSO yang akan tersalurkan mencapai 48,6 juta KL.
“Sampai dengan Oktober kita sudah menyalurkan BBM-PSO 39,7 dan kita harapkan di akhir tahun 48,6 juta kiloliter,” kata Wiko dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Jumat (6/12/2024).
Selain BBM PSO, penyaluran Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi juga menjadi fokus Pertamina. Adapun, untuk LPG PSO, pihaknya memperkirakan dapat mencapai 8,3 juta ton pada akhir tahun, sementara untuk penjualan BBM non-PSO diproyeksikan mencapai 39,1 juta KL.
“Demikian juga dengan yang PSO baik LPG maupun non-PSO. Yang PSO LPG akhir tahun akan 8,3 juta ton, sementara untuk non-PSO sales lainnya ini BBM 39,1 juta kiloliter,” kata dia.
Wiko juga mengungkapkan terkait perkembangan signifikan dalam implementasi sistem digital guna mendukung penyaluran BBM dan LPG. Sistem ini dirancang untuk mendukung kebijakan pemerintah terkait program subsidi tepat sasaran.
“Kami ingin menceritakan bahwa hari-hari ini kami telah mengembangkan sistem digital yang sangat solid di penyaluran BBM dan LPG, di mana sistem ini akan sangat berguna nanti apabila pemerintah telah mengambil keputusan mengenai subsidi tepat,” kata dia.
Untuk BBM jenis solar misalnya, data konsumennya sudah 100% tercatat, dan transaksi dilakukan menggunakan QR code. Sementara itu, untuk Pertalite, progres digitalisasi sudah mencapai 79%.
“Pertalite terus berprogres, hari ini kita sudah 79% dan untuk LPG sudah 53,6 juta, di mana 85%nya adalah untuk sektor rumah tangga. Ini tentu saja akan sangat berguna nanti pada saat kita menerapkan subsidi tepat,” kata dia.