
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus mendorong lahirnya petani-petani muda yang kreatif dan mandiri dengan mengajak generasi muda setempat tidak ragu menekuni sektor pertanian.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mencontohkan dua pemuda asal Kecamatan Glenmore, yang sukses mengembangkan usaha pertanian hidroponik selada.
“Dua pemuda ini membuktikan bahwa pertanian bukan profesi yang tertinggal, melainkan bisa menjadi jalan sukses jika ditekuni dengan ilmu dan inovasi,” katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.
Dua pemuda itu, kata Ipuk, adalah Saiful Bahri dan Ferdiansyah yang merupakan dua pelaku agribisnis yang lahir dari program inovatif Pemkab Banyuwangi, yakni Jagoan Tani.
Ia menceritakan, perjuangan Saiful membangun usaha hidroponik dari nol hingga jadi pemasok tetap ke sejumlah gerai kebab dan toko salad di Banyuwangi.
“Jadi, ini contoh dua anak muda yang bisa menjadi inspirasi, kami mengajak anak muda untuk ikut Jagoan Banyuwangi,” kata Bupati Ipuk.
Sementara Saiful menyampaikan usahanya dimulai saat pandemi COVID-19 pada 2020 dan kala itu ia tergugah melihat kegiatan bertani hidroponik di Pay Farm, usaha milik Ferdiansyah, berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore.
“Awalnya merintis tiang greenhouse dari bambu, atap plastik seadanya. Pernah semua tanaman selada mati karena nutrisi kebanyakan, pernah juga atap roboh karena hujan, tapi saya terus bangkit dan terus belajar dari kesalahan,” katanya.
Saiful menceritakan saat ini sudah memiliki greenhouse berukuran 12X20 meter, dengan 10 meja tanam dan 4.500 lubang hidroponik. Setiap hari ia panen sekitar 10 sampai 20 kilogram selada, yang sebagian besar dikirim ke gerai kebab dan toko salad di Banyuwangi.
“Omzet harian sekitar Rp200.000, dan per bulan sekitar Rp6.000.000, bisa lebih saat harga naik. Untuk sekarang harga jual per kilogram selada ke mitra berkisar Rp20.000 per kilogram,” kata Saiful.