PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatat laba bersih sepanjang kuartal III tahun 2024 sebesar 958% secara tahunan (yoy), menjadi US$720 juta. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan penjualan, yang menyebabkan perbaikan margin laba bersih dari 6% menjadi 29%.
Penjualan bersih AMMN hingga September 2024 mengalami peningkatan sebesar 117% menjadi US$2.495 juta, meningkat dari US$1.151 juta pada sembilan bulan pertama tahun 2023. Peningkatan ini disebabkan oleh produksi bijih berkadar tinggi yang kaya dengan emas.
EBITDA pada sembilan bulan pertama tahun 2024 pun meningkat sebesar 147%, mencapai US$1.479 juta dibandingkan dengan US$599 juta pada periode yang sama di tahun 2023. Margin EBITDA juga meningkat, naik dari 52% menjadi 59%.
Menjelang akhir kuartal ketiga tahun 2024, sebagian konsentrat secara strategis disisihkan untuk mendukung proses produksi dari smelter yang berangsur naik (smelter ramp-up).
Pada kuartal III tahun ini 2024, kontribusi penjualan emas sebesar 54% dari penjualan bersih, naik dari 39% pada periode yang sama tahun lalu.
“Kinerja keuangan kami yang kuat terutama didorong oleh peningkatan signifikan pada volume penjualan tembaga dan emas, yang masing-masing tumbuh sebesar 55% dan 146%,” kata Alexander Ramlie, Direktur Utama AMMAN, dikutip Kamis (28/11).
Selain itu, kenaikan harga emas sebesar 21% dan kenaikan harga tembaga sebesar 6% semakin mendorong kinerja perusahaan.
AMMN mencatat, melalui entitas anak, PT Amman Mineral Nusa Tenggara-pemilik konsesi dan operator tambang Batu Hijau menunjukan kinerja dan pertumbuhan yang kuat. Sejak AMMAN mengambil alih operasi Batu Hijau pada November 2016, Perusahaan secara konsisten mencapai berbagai rekor produktivitas dan produksi.
“Tahun ini, kami mencatat tonggak sejarah baru dengan mencapai rekor produktivitas pertambangan dan produksi tertinggi untuk periode sembilan bulan pertama yang berakhir pada 30 September 2024,” sebutnya.
Produksi konsentrat meningkat signifikan sebesar 85% dibandingkan tahun lalu, dengan produksi tembaga dan emas masing-masing naik sebesar 68% dan 173%. Pertumbuhan yang mengesankan ini didukung oleh produksi bijih berkadar tinggi dari Fase 7.
Produksi konsentrat meningkat 85%, menjadi 637.106 metrik ton kering dibandingkan periode yang sama di tahun 2023. Volume material yang ditambang juga mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan tahun lalu karena minimnya gangguan akibat kondisi cuaca yang cukup baik.
“Seiring kemajuan proyek-proyek ekspansi, kami berkomitmen pada pendekatan yang hati-hati dan berfokus pada keselamatan untuk memastikan kelangsungan operasional dan keandalan jangka panjang dari semua fasilitas. Komisioning smelter masih berlangsung dan kami merencanakan produksi katoda tembaga pertama pada kuartal pertama tahun 2025,” jelasnya.
Sehubungan dengan perkembangan ini, pihaknya telah memperbarui panduan produksi tahun 2024 berdasarkan perubahan konfigurasi rencana tambang. Rencana ini yang telah mempertimbangkan jadwal produksi smelter, transisi dari Fase 7 ke Fase 8, dan ekspansi pabrik konsentator.
Sementara, Direktur Keuangan AMMAN Arief Sidarto mengatakan, keuangan pada sembilan bulan pertama tahun 2024 mencatatkan angka tertinggi sejak mengambil alih operasi Batu Hijau, utamanya didorong oleh peningkatan signifikan dalam volume penjualan tembaga dan emas, yang masing-masing tumbuh sebesar 55% dan 146%.
“Kenaikan harga emas dan tembaga masing-masing sebesar 21% dan 6% juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja keuangan kami,” sebutnya.
Di sisi lain, per 30 September 2024, total utang AMMN sebesar US$3.963 juta, meningkat 23% sejak Desember 2023. Mempertimbangkan total kas dan setara kas konsolidasi sebesar US$1.266 juta, total utang bersin menjadi US$2.697 juta.
“Per tanggal 28 November 2024, kami telah melakukan pelunasan lebih awal sebesar US$384 juta untuk pinjaman berjangka yang jatuh tempo pada tahun 2025. Jika disesuaikan dengan pelunasan lebih awal tersebut, total saldo utang proforma adalah US$3.579 juta,” pungkasnya.