Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi pernyataan mengejutkan soal pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Ia memuji hal itu dan mengatakan kematiannya “tidak akan cukup” bagi Israel untuk mengakhiri konflik yang meluas di Timur Tengah.
“Kami memiliki sejumlah prestasi hebat, tetapi kami belum menyelesaikan tugas yang ada,” kata Netanyahu, menurut terjemahan dari NBC News, dikutip CNBC International, Senin (30/9/2024).
“Pukulan telak yang dilancarkan IDF kepada Hizbullah tidak akan cukup,” tambahnya.
Hizbullah sendiri mengonfirmasi bahwa Nasrallah tewas pada hari Jumat waktu setempat atau Sabtu waktu RI. Ia tewas dalam serangan udara Israel di ibu kota Lebanon, Beirut.
“Tidak ada tempat di Iran, maupun di Timur Tengah, yang tidak dapat dijangkau oleh tangan panjang Israel,” kata Netanyahu lagi.
Pengumuman itu menandai apa yang akan dianggap sebagai pukulan monumental bagi Hizbullah setelah beberapa bulan konflik. Militer Israel, IDF, mengatakan Nasrallah adalah “pengambil keputusan utama” dan “pemimpin strategis” kelompok itu.
Sementara itu, analis politik Lebanon, Ronnie Chata, mengatakan era Hizbullah telah berakhir. Menurutnya tak ada lagi Hizbullah yang mampu memegang kekuasaan dengan otoritas absolut dan menjadi organisasi bersenjata paling canggih di dunia.
“Saya pikir simbolisme itu tidak dapat dilebih-lebihkan,” katanya.
“Ini, sejauh ini, merupakan pukulan psikologis terdalam bagi organisasi ini sejak didirikan. Hizbullah tidak akan sama lagi tanpa Hassan Nasrallah,” katanya.
Chatah mengatakan apa yang muncul dalam beberapa bulan dan tahun mendatang akan menjadi sesuatu yang lain. Hizbullah, tegasnya, masih akan tetap utuh, tapi jauh lebih kecil.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut kematian Nasrallah akibat serangan udara Israel sebagai pembalasan adil. Ia mengatakan ini menjadi “ukuran keadilan bagi banyak korbannya, termasuk ribuan warga Amerika, Israel, dan warga sipil Lebanon”.
Dalam pernyataan Gedung Putih, Biden menyebut AS menggandakan dukungannya untuk Israel. Tapi di sisi lain, ia juga menyerukan gencatan senjata Gaza.
Perlu diketahui, Nasrallah (64) dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Timur Tengah. Ia telah memainkan peran penting dalam mengubah Hizbullah menjadi kekuatan militer dan politik yang besar.
Ia telah memimpin kelompok yang bermarkas di Lebanon tersebut sejak 1992. Dirinya mengambil alih kendali setelah Israel membunuh pemimpin kelompok tersebut sebelumnya, Abbas al-Musawi.