
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong program hilirisasi di semua industri. Salah satu industri yang disasar adalah kosmetik dan kecantikan yang memiliki pasar sangat luas di Indonesia, bahkan dunia.
Dia mencontohkan, Indonesia punya kekayaan biodiversity yang sangat luas. Ada sekitar 30.000 jenis tanaman obat dan herbal yang jika dimanfaatkan dengan maksimal akan menghasilkan nilai ekonomi tinggi.
“Kita punya banyak essential oil mulai dari gaharu, melati, kemudian mawar, cendana itu semua bisa jadi perfume,” kata Airlangga, saat menghadiri perayaan 45 Tahun L’Oreal Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2/2025).
“Seperti seaweed (rumput laut), kalau dia dihilirisasi, bisa jadi bahan baku kosmetik, termasuk untuk medis,” tambahnya.
Airlangga juga membeberkan kontribusi industri kosmetik terhadap perekonomian Indonesia. Dia menyebut, industri kecantikan tumbuh 10% pada tahun lalu, angka ini jauh melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 5%.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur L’Oreal Indonesia Junaid Murtaza menambahkan bahwa perusahaannya sejak lama memanfaatkan bahan baku asli Indonesia untuk digunakan di produk kecantikan mereka yang diekspor ke seluruh dunia.
“Kami mengambil patchouli dari Lodongi, Sulawesi Tenggara untuk digunakan di parfum YSL dan Lancome,” kata Junaid.
Apa yang dilakukan L’Oreal Indonesia, menurut Airlangga, adalah contoh sukses dari hilirisasi. Dia ingin Indonesia tak hanya menjadi penyuplai bahan baku mentah, tetapi harus sudah menjadi pengekspor produk bernilai ekonomi tinggi.
Di antara keharuman yang melintasi benua, ada aroma yang berasal dari tanah Nusantara. Nilam, atau yang dikenal dunia sebagai patchouli, tumbuh subur di tanah Aceh dan Sulawesi, menjadi bahan dasar yang tak tergantikan dalam parfum kelas dunia. YSL Libre, salah satu produk unggulan dalam portofolio L’Oréal, membawa aroma nilam Tanah Air ke panggung global, mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam industri wewangian.
Junaid menambahkan, L’Oréal bukan hanya menjual produk-produk unggulan ke pasar Indonesia, tetapi juga membentuk ekosistem yang menopang ribuan tenaga kerja, memberdayakan petani lokal, merangkul pelaku UMKM, dan memberdayakan perempuan.
Dalam model ekonomi lama, rantai produksi berakhir di rak toko. Kini, industri kecantikan bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan dari petani nilam di Sulawesi, hingga tangan-tangan terampil yang meracik parfum di laboratorium Eropa, lalu kembali ke Indonesia dalam bentuk produk yang telah mendunia. Ini adalah ekosistem yang saling menghidupi, menciptakan nilai lebih, dan memastikan bahwa sumber daya Indonesia tidak hanya diekspor dalam bentuk mentah, tetapi juga membawa manfaat berlipat bagi perekonomian nasional.