PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berupaya untuk menjaga dan meningkatkan porsi dana murah atau current savings account (CASA). Dengan capaian CASA yang solid, BBNIÂ diyakini bakal mampu bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi dan tetap dapat menyalurkan pembiayaan secara agresif.
Hingga kuartal I-2024, CASA BBNI tercatat mencapai Rp 543,5 triliun, naik 6% dibandingkan kuartal I-2023 yang sebesar Rp 512,5 triliun. Rasio CASA terhadap dana pihak ketiga pun mencapai hampir 70%, atau 69,7%, naik 0,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 68,9%.
CASA berperan penting dalam menopang kinerja perusahaan di tengah era suku bunga tinggi. Salah satu pendorong CASA BBNI berasal dari mobile banking dan cash management. Hingga Maret 2024, 68% simpanan ritel berasal dari pengguna mobile banking, sementara 89% berasal dari nasabah cash management.
Nilai transaksi juga mengalami peningkatan baik dari mobile banking maupun cash management. Transaksi mobile banking tercatat naik 36% menjadi Rp 347 triliun, sementara transaksi cash management naik 11,6% menjadi Rp 1.608 triliun.
Kehadiran aplikasi wondr by BNI juga diharapkan dapat mendorong CASA BBNI. Aplikasi baru ini diproyeksikan dapat meningkatkan CASA BBNI secara bertahap ke posisi 75-80%, dengan dana pihak ketiga meningkat 9-10%.
Aplikasi wondr by BNI diharapkan juga akan meningkatkan jumlah nasabah ritel, yang pada gilirannya dapat meningkatkan CASA. Dengan rasio CASA yang tinggi, cost of fund dapat lebih terkontrol.
Selain nasabah ritel, layanan cash management juga turut berkontribusi terhadap peningkatan CASA, seiring dengan meningkatnya kepercayaan nasabah wholesale terhadap BNI.
Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, CASA merupakan ‘dana murah’ bagi bank. Semakin tinggi CASA, semakin kuat pula posisi bank dalam menyalurkan kredit sebagai sumber pendapatan utama.
“Tantangan dalam mempertahankan CASA adalah sifatnya yang sangat likuid dan fokus utama untuk transaksi. Oleh karena itu, bank akan mencoba mempertahankannya dengan promo suku bunga, kemudahan transaksi, layanan-layanan tambahan, dan menciptakan ekosistem agar CASA dapat mengendap lebih lama,” ungkap Wawan, Selasa (13/8/2024).
Menurut Wawan, BNI serius menggarap segmen mobile dan internet banking untuk mendongkrak pertumbuhan CASA yang saat ini berada di level 70%. Meskipun ini meningkatkan belanja modal dalam jangka pendek, strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja BNI jika berhasil.
“Tren pemanfaatan teknologi oleh perbankan terus meningkat dan sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Bank yang tidak mengkapitalisasi hal ini akan tertinggal, sehingga langkah yang diambil BNI sudah tepat,” ujarnya.
Analis MNC Sekuritas Victoria Venny mengungkapkan, di tengah kompetisi ketat di sektor perbankan, BBNI masih mampu mencatatkan pertumbuhan CASA sebesar +6% YoY pada 1Q24, dengan rasio CASA di level 70%. Sebagai upaya untuk meningkatkan porsi CASA, perusahaan baru-baru ini meluncurkan aplikasi wondr by BNI.
“Menurut kami, strategi ini cukup efektif untuk diterapkan di era suku bunga tinggi. Kami melihat perlunya peningkatan porsi CASA untuk menjaga agar NIM tetap stabil di kisaran target manajemen, yaitu 4,1%-4,5%,” kata Victoria.
Selain itu, kontribusi CASA yang meningkat di tengah likuiditas yang ketat akan sangat membantu BBNI dalam menyalurkan pinjaman secara lebih agresif. Peluncuran superapps yang baru juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, baik dalam pemasaran ritel maupun di cabang.
Namun, perlu dicermati bahwa proses migrasi mobile banking dari yang lama ke yang baru biasanya memakan waktu, sehingga time lag menjadi pertimbangan. Selain itu, persaingan di sektor digital banking cukup tinggi, sehingga harus ada ‘value’ yang membedakan aplikasi digital BNI dari aplikasi lainnya.