Geger NATO Asia Dibentuk, AS Buka Suara

Bendera NATO (REUTERS/File)
Foto: Bendera NATO (REUTERS/File)

Upaya pembentukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Asia kembali muncul. Ini setelah Menteri Pertahanan Jepang Shigeru Ishiba meminta Washington membahas masalah tersebut secara lebih mendalam, akhir pekan lalu.

Ishiba (67) yang mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri (PM), mengatakan perlu adanya penyatuan dalam berbagai instrumen keamanannya di kawasan tersebut. Ia menyinggung serangan Rusia ke Ukraina saat mengusulkan ide tersebut.

Menurutnya penting membuat pangkalan di Amerika Serikat (AS) untuk melatih Pasukan Bela Diri Jepang. Hal itu diyakininya tak hanya baik untuk Jepang tapi juga keamanan regional.

Namun dalam update terbaru Kamis (19/8/2024), terungkap jika pemerintah AS masih menolak upaya pembentukan aliansi layaknya pakta pertahanan NATO di Asia. Hal ini disampaikan langsung oleh Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink.

Berbicara di sebuah forum tentang keamanan Indo-Pasifik di Stimson Center, Kritenbrink mengatakan usulan tersebut tergesa-gesa.

“Masih terlalu dini untuk berbicara tentang keamanan kolektif dalam konteks itu, dan (pembentukan) lembaga yang lebih formal,” kata Kritenbrink, menurut surat kabar Nikkei Jepang yang juga dikutip dari Radio Free Asia (RFA) dan Russia Today (RT).

“Yang menjadi fokus kami adalah berinvestasi dalam arsitektur formal yang ada di kawasan tersebut dan terus membangun jaringan hubungan formal dan informal ini. Dan kemudian kita akan lihat ke mana arahnya,” tambahnya.

Sebelumnya, Usulan untuk “NATO Asia” telah membuat Beijing gusar. China selama ini melihat dirinya sebagai fokus utama dari blok semacam itu seperti Rusia.

Hubungan China dengan AS dan sekutu di Asia memang belakangan tak mulus karena sejumlah hal. Beberapa pekan terakhir misalnya, masalah perbatasan menjadi penyebab.

“Washington berupaya menciptakan NATO Asia sebagai metode untuk mengikat negara-negara di kawasan itu ke kereta perang AS,” kata petinggi militer China, Letnan Jenderal Jing Jianfeng.

“Tujuan sebenarnya adalah untuk menggabungkan lingkaran kecil ke dalam lingkaran besar NATO versi Asia-Pasifik untuk mempertahankan hegemoni yang dipimpin oleh AS,” katanya, menyalahkan “kepentingan geopolitik AS” seraya menyebutnya “egois”.

Perlu diketahui AS sendiri sudah memiliki sejumlah aliansi di Asia antara lain, Pakta AUKUS antara Australia, Inggris, dan AS, dan Dialog Keamanan Quadrilateral (QUAD) antara Australia, India, Jepang, dan AS.

Namun peningkatan kerja sama memang terjadi belakangan antara NATO dengan Jepang dan Korea Selatan (Korsel).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*