Lagi-Lagi Data AS Makin Melemah, Dolar Turun ke Rp15.395

Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data inflasi produsen AS tampak bergerak lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya dan ekspektasi pelaku pasar.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,19% di angka Rp15.395/US$ pada hari ini, Jumat (13/9/2024). Hal ini berbeda dengan penutupan perdagangan kemarin (12/9/2024) yang melemah sebesar 0,19%.

Sementara DXY pada pukul 08:53 WIB turun 0,25% di angka 101,11. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 101,36.

Dari negeri Paman Sam, semalam telah rilis data terkait klaim pengangguran yang semakin menambah kondisi terkini pasar tenaga kerja AS dan data inflasi produsen.

Jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 7 September 2024 bertambah sesuai ekspektasi sebanyak 230.000. Ini menunjukkan bahwa PHK tetap rendah bahkan saat pasar tenaga kerja melambat.

Laporan tersebut mengikuti data tingkat pengangguran yang menurun jadi 4,2% pada Agustus dari level tertinggi hampir tiga tahun sebesar 4,3% yang dicapai pada bulan Juli dan inflasi dasar yang mengindikasikan adanya kekakuan bulan lalu.

Sementara inflasi produsen AS secara tahunan tampak lebih rendah dari yang diperkirakan, yaitu sebesar 1,7% pada Agustus 2024, angka terendah dalam enam bulan, menurun dari kenaikan yang direvisi turun menjadi 2,1% pada Juli dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 1,8%.

Hal ini semakin menegaskan bahwa bank sentral AS (The Fed) sudah perlu untuk memangkas suku bunganya dan jika hal tersebut benar dilakukan dalam waktu dekat, maka DXY berpotensi menurun yang berujung pada minimnya tekanan terhadap rupiah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*