
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengajak para santri untuk mendalami pembuatan film dengan memanfaatkan perkembangan teknologi kecerdasan artifisial (AI) sebagai alat bantu dalam proses produksi.
“Artificial Intelligence ini juga akan menjadi tools, instrumen yang juga sangat penting ke depan karena dengan AI itu bisa menjadi alat bantu, dan mungkin satu hari ke depan AI juga bisa membuat film, tapi tentu harus dengan keterampilan artistik yang sangat tinggi,” kata Fadli saat berkunjung ke Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Minggu.
Fadli mengatakan peran teknologi sangat membantu memudahkan proses produksi film, namun tetap harus mengedepankan keterampilan yang tinggi karena membuat film tidak bisa sembarangan.
Selain itu, Fadli juga mengajak para santri untuk membawa cerita kehidupan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia yang bisa diterjemahkan ke dalam skenario.
Cerita seperti kepahlawanan untuk membangkitkan nasionalisme, cerita anak-anak, dan cerita kehidupan pondok pesantren bisa dikembangkan menjadi berbagai macam genre film yang memperkaya khasanah perfilman Indonesia.
“Karena kan mereka ada yang mondok, ada yang tinggal di pesantren, dan banyak kisah-kisah maupun mungkin dari cerita-cerita dakwah yang di masa lalu, banyak saya kira yang belum ter-representasi cerita-cerita itu di dalam film. Supaya film kita ini lebih berwarna gitu ya. Jangan hanya didominasi oleh genre tertentu,” kata Fadli.
Ia juga menyoroti ekosistem perfilman yang menunjukkan peningkatan yang signifikan seperti banyaknya film yang masuk ke festival film internasional, serta banyaknya jumlah penonton yang menonton di bioskop.
Hal ini menjadikan kesempatan para sineas untuk menampilkan karya terbaiknya dan terus menghidupkan bioskop dan memajukan kebudayaan nasional.
“Saya kira kita mempunyai tugas dan tanggung jawab bersama untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia, supaya lebih banyak dikenal lagi di dunia internasional,” kata Fadli.
Melalui program Santri Film Festival 2025 dari Kementerian Kebudayaan, harapannya bisa menjadi kesempatan kalangan santri untuk melahirkan sineas baru yang bisa bersaing di industri perfilman nasional bahkan internasional.